Hulu Sungai Utara adalah sebuah kabupaten di provinsi Kalimantan Selatan yang terletak pada koordinat antara 2º sampai 3º lintang selatan dan 115º sampai 116º bujur timur, terletak di daerah dataran rendah dengan ketinggian berkisar antara 0 m sampai dengan 7 m di atas permukaan air laut. Dengan luas wilayah sebesar 892,7 km² ini, sebagian besar terdiri atas dataran rendah yang digenangi oleh lahan rawa baik yang tergenang secara monoton maupun yang tergenang secara periodik. Kurang lebih 570 km² adalah merupakan lahan rawa dan sebagian besar belum termanfaatkan secara optimal.
Kota Amuntai terkenal dengan itik Alabio-nya. Itik Alabio adalah itik (bebek) Kalimantan yang berasal dari persilangan itik Kalimantan dengan Itik Peking (itik pedaging). Nama itik Alabio sendiri diambil dari sebuah daerah bernama Alabio yang menjadi pusat perdagangan unggas ini yang diberi nama oleh seorang ilmuan yang bernama drh. Saleh Puspo. Ilmuan ini yang banyak melakukan penelitian tentang itik alabio ini. Berpusat di desa Mamar, itik Alabio terkenal di penjuru Indonesia karena termasuk unggas dengan produktivitas telur yang tinggi. Tak heran, Amuntai pun terkenal dengan Itik Panggang-nya yang lezat.Di beberapa sudut kota kita bisa dengan mudah menemui rumah makan yang menyajikan Itik Panggang beserta lauk khas Amuntai lainnya seperti Burung Belibis Panggang dan Udang Galah Panggang.
Ada pula kerbau rawa yang juga menjadi hewan khas di Amuntai. Hewan bernama latin Bubalus bubalis ini bisa kita temui di kecamatan Danau Panggang dan kecamatan Paminggir. Ternak ini digembalakan di daerah rawa dan dikandangkan pula di sebuah tumpukan balok kayu beratap langit terbuka di tengah rawa. Karena nya penggembala kerbau rawa harus menggunakan perahu kayu kecil (jukung) untuk mengawasi ternaknya. Kekhasan Amuntai yang cukup unik tersebut membuat kota kecil di tengah rawa ini berkali-kali di tayangkan sebuah stasiun televisi di Indonesia dengan aneka programnya, yang sering dalam program petualangan dan anak-anak
Kerajinan dan Industri Amuntai tidak memiliki sumber daya pertambangan seperti beberapa kabupaten lain di Kalimantan Selatan. Oleh karenanya, masyarakat Amuntai menggantungkan hidupnya pada aktivitas perdagangan dan kerajinan. Kerajinan berbahan baku rotan dengan beragam hasil produk seperti lampit, kotak tisu dari rotan, kursi malas dari rotan, sketsel pintu dari rotan, dan beraneka jenis anyaman rotan lainnya sudah dilakukan sejak berpuluh tahun yang lalu. Meskipun melalui pasang surut, para pengrajinnya tetap bertahan hingga saat. Setiap Kamis subuh setiap minggunya terdapat pasar kerajinan ini. Lokasinya tepat di sepanjang jalan sekitar Taman Junjung Buih, kurang lebih 200meter dari pasar induk.
Selain kerajinan lampit, Amuntai juga berkembang dengan
kerajinan/industri mebel dan alumunium. Industri alumunium banyak
terdapat di sepanjang jalan memasuki Amuntai dari arah Barabai-Kandangan
melalui Pantai Hambawang. Sedang industri mebel ada di sepanjang jalan
menuju Amuntai dari arah Alabio.
Wisata Candi Agung
Candi Agung diperkirakan telah berusia 740 tahun. Bahan material Candi Agung ini didominasi oleh batu dan kayu. Kondisinya masih sangat kokoh. Di candi ini juga ditemukan beberapa benda peninggalan sejarah yang usianya kira-kira sekitar 200 tahun SM. Batu yang digunakan untuk mendirikan Candi ini pun masih terdapat disana. Batunya sekilas mirip sekali dengan batu bata merah. Namun bila disentuh terdapat perbedaannya, lebih berat dan lebih kuat dari bata merah biasa.
Situs candi yang berlokasi di desa Sungai Malang, Amuntai Tengah ini merupakan peninggalan Kerajaan Negaradipa Khuripan yang dibangun oleh Empu Jatmika abad ke XIV Masehi. Kerajaan ini melahirkan 2 di kerajaan, yaitu Kerajaan Daha di Negara dan Kerajaan Banjarmasin. Menurut cerita, Kerajaan Hindu Negaradipa berdiri tahun 1438 di persimpangan tiga aliran sungai. Tabalong, Balangan, dan Negara. Kerajaan Negaradipa diperintah oleh Pangeran Surianata dan Putri Junjung Buih dengan kepala pemerintahan Patih Lambung Mangkurat. Negaradipa kemudian berkembang menjadi Kota Amuntai.
Wisata Candi Agung
Candi Agung diperkirakan telah berusia 740 tahun. Bahan material Candi Agung ini didominasi oleh batu dan kayu. Kondisinya masih sangat kokoh. Di candi ini juga ditemukan beberapa benda peninggalan sejarah yang usianya kira-kira sekitar 200 tahun SM. Batu yang digunakan untuk mendirikan Candi ini pun masih terdapat disana. Batunya sekilas mirip sekali dengan batu bata merah. Namun bila disentuh terdapat perbedaannya, lebih berat dan lebih kuat dari bata merah biasa.
Situs candi yang berlokasi di desa Sungai Malang, Amuntai Tengah ini merupakan peninggalan Kerajaan Negaradipa Khuripan yang dibangun oleh Empu Jatmika abad ke XIV Masehi. Kerajaan ini melahirkan 2 di kerajaan, yaitu Kerajaan Daha di Negara dan Kerajaan Banjarmasin. Menurut cerita, Kerajaan Hindu Negaradipa berdiri tahun 1438 di persimpangan tiga aliran sungai. Tabalong, Balangan, dan Negara. Kerajaan Negaradipa diperintah oleh Pangeran Surianata dan Putri Junjung Buih dengan kepala pemerintahan Patih Lambung Mangkurat. Negaradipa kemudian berkembang menjadi Kota Amuntai.
Adapun beberapa Makan Khas dari Kalimantan Selatan yaitu : bingka, bingka barandam, kararaban, kikicak, bulungan hayam, kelalapon, cingkarok batu, wajik, apam, undi-undi, untuk-untuk, sarimuka, wadai balapis, cincin, cucur, lamang, cakodok, gaguduh, ronde, ilat sapi, garigit, sasagun, lupis, pais pisang, hintalu karuang, wadai satu, gincil, katupat balamak, bubur sagu, serabi, putri salat, patah, pais sagu, pais waluh,dadar gulung, agar-agar habang, wadai gayam, amparan tatak, sarikaya, dan lainnya masih banyak lagi yang lainnya.
Sumber : Informasi dari blog lain tentang Hulu Sungai Utara
Informasi dari blog lain tentang Kuliner
Tidak ada komentar:
Posting Komentar